Usaha untuk memahami jati diri manusia selalu menemukan jalan buntu atau akan menemukan banyak perbedaan pendapat jika hanya mengandalkan kemampuan daya nalar. Mengingat keterbatasan kemampuan manusia dari segi apapun. Oleh karena itu dibutuhkan petunjuk yang bisa dipastikan kebenarannya. Kitab Allah, Al-Qur'an adalah solusi tepat. Karena Al-Quran adalah petunjuk yang diberikan oleh Allah, dzat yang maha tahu segalanya dan dzat yang menciptakan manusia itu sendiri. Dalam Al Qur'an terdapat gambaran konkret tentang manusia.
Manusia Dalam Berbagai Perspektif
Bermacam istilah yang dipakai dalam Al-Qur'an untuk menunjukkan manusia, karena menyesuaikan berbagai aspek kehidupan, diantaranya:
1. Manusia disebut sebagai Bani Adam karena melihat dari aspek histories penciptaan. (QS. Al A'raf 31) Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
2. Manusia disebut Annas karena aspek sosiologisnya yang mencerminkan sifatnya yang berkelompok sesama jenisnya (QS. Al Baqoroh 21) Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
3. Manusia juga disebut Abdun (hamba) karena posisinya sebagai hamba ciptaan Allah (QS. Saba' 9) Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).
4. Manusia disebut dengan Basyar yang mencerminkan sifat-sifat fisik dan biologisnya (QS. Al Mu'minun 33) Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.
5. Manusia disebut Insan (mufrod-nya lafadl an nas) karena sebagai makhluq yang diberi anugrah akal oleh Allah, sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan. (QS. Ar Rahman 3-4) Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara.
Kesempurnaan Manusia
Dalam ayat lain Allah sampaikan bahwa Allah jadikan manusia dalam bentuk yang paling sempurna.
ﻟﻘﺪ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﻓﻰ ﺍﺣﺴﻦ ﺗﻘﻮﻳﻢ ﺛﻢ ﺭﺩﺩﻧﺎﻩ ﺍﺳﻔﻞ
ﺳﺎﻓﻠﻴﻦ , ﺍﻻ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﻭﻋﻤﻠﻮﺍ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺎﺕ ﻓﻠﻬﻢ ﺍﺟﺮ ﻏﻴﺮ
ﻣﻤﻨﻮﻥ
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS At Tin)
Kesempurnaan inilah yang menjadikan manusia sebagai khalifah, yang berarti wakil atau pengganti yang memegang amanat Allah dimuka bumi (memimpin) untuk menciptakan maslahah dalam setiap kehidupan di bumi. Dan sekaligus kesempurnaan tersebut juga akan menjadikan manusia makhluk paling hina apabila tidak dapat menjalankan amanat dengan sebenarnya.
Dari historis penciptaan manusia dan posisi manusia yang dipilih oleh allah menjadi kholifah untuk mengatur kehidupan dibumi adalah bukti kesempurnaan manusia daripada makhluk yang lain. Allah memberikan modal kapada manusia dengan kesempurnaan dalam penciptaan, utamanya adalah akal. Kesempurnaan ini akan mengantarkan manusia menuju kedudukan terpuji atau bahkan akan menjatuhkannya kepada posisi yang terhina dan terendah.
Menjadi kholifah allah tidaklah sekedar setatus yang tanpa arti. Namun banyak konskuwensi yang harus dipertanggungjawabkan. Sehingga ketika dipertanyakan oleh para malaikat keberadaan nabi adam sebagai kholifah dibumi, Allah jawab bahwa allah telah membekali ilmu kepada nabi adam.
Kepercayaan dan tanggungjawab sebagai kholifah yang dibawa oleh nabi adam adalah setatus beliau sebagai manusia dan sekaligus sebagai nabi. Setatus nabi adam sebagai manusia diturunkan kepada semua anak cucunya, sehingga semua manusia anak cucu adam adalah kholifah allah, pemimpin dalam kehidupan dimuka bumi. "Kullukum ro'in wakullukum masulun 'an roiyyatih"
Untuk setatus nabi adalah anugrah Allah yang tidak bisa diturunkan dan diusahakan, maka beban seorang nabi tidak dibebankan kepada semua orang, hanya orang-orang tertentu yang diangkat Allah menjadi nabi saja.
Yang paling utama dalam bahasan kita disini adalah bekal yang allah berikan kepada nabi adam, yaitu ilmu yang menjawab pertanyaan malaikat atas eksistensi nabi adam sebagai kholifah dibumi.
Dengan demikian, ilmu adalah bekal utama sebagai kholifah atau pemimpin. Bagaimana seseorang akan bisa memimpin dan mengarahkan jika tidak punya pengetahuan atau ilmu.
Tanggungjawab Manusia
ﻛﻠﻜﻢ ﺭﺍﻉ ﻭﻛﻠﻜﻢ ﻣﺴﺌﻮﻝ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻪ
Kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Ketika semua dianggap sebagai pemimpin, kemudian siapa yang dipimpin?
Dari lingkup yang terkecil, manusia adalah pemimpin untuk dirinya sendiri. Dari kecenderungan watak baik dan buruk yang sama-sama punya kesempatan, manusia akan memilih apa yang baik untuk dirinya sesuai dengan ilmu dan akal yang dimiliki.
Dalam kehidupan keluarga, tidak mungkin semua anggota keluarga jadi pemimpin atas keluarganya, namun satu diantara mereka yang bisa jadi pemimpin. Kepemimpinan dalam keluarga tidak dengan jalan pemilihan, namun allah telah pilihkan bahwa suami atau bapaklah yang terbaik.
Jadi, kepemimpinan dalam dua hal ini adalah ketentuan hukum Allah dalam kehidupan. Manusia setelah hidup tidak bisa mengelak menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Dan manusia setelah menikah juga tidak punya pilihan antara ingin menjadi suami atau menjadi istri. Seperti halnya seseorang yang punya anak tidak akan bisa mengelak dari setatusnya menjadi bapak.
Baik yang memimpin atau yang dipimpin (kehidupan berkeluarga atau diri sendiri) adalah salah satu proses kehidupan yang harus dihadapi dan sudah menjadi ketentuan dari Allah. Sehingga hakikat baik buruknya manusia disisi allah tidaklah diukur dari kedudukan sebagai pemimpin atau yang dipimpin. Namun bagaimana orang bisa memimpin dengan baik dan dipimpin dengan baik. Istri yang bisa memposisikan dirinya dengan baik itu lebih baik daripada suami yang tidak tanggungjawab. Sehingga belum tentu pemimpin lebih baik dari pada yang dipimpin. Dan itulah bagian dari penilaian baik buruknya iman dan islam seseorang.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, orang harus tahu tentang kepemimpinan, dan untuk menjadi orang yang dipimpin dengan baik juga harus tahu ilmunya sebagai orang yang dipimpin. Disitulah kehidupan ini tidak lepas dari belajar untuk mendapatkan ilmu agar bisa memimpin dan dipimpin dengan baik. Bukankah beliau nabi juga belajar kepada malaikat jibril.
Dalam kehidupan yang lebih luas (bermasyarakat), dibutuhkan juga seorang pemimpin. Karena dalam beberapa hukum islam terdapat penyelesaian hukum yang membutuhkan pimpinan, seperti diantaranya hukum jinayat atau tindakan kriminal. Untuk kepemimpinan yang satu ini dibutuhkan orang yang benar-benar menguasai dalam bidang ilmu agama dan kehidupan. Karena pemimpin yang satu ini akan melihat dan menyelesaikan sekaligus terlibat dalam banyak hal yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat yang komplek. Sehingga ilmu kehidupan bermasyarakat harus dikuasai.
Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Ketika kelebihan tersebut diletakkan pada posisi yang sebenarnya dan menyadari kekurangannya, secara teori akan tercipta kehidupan yang didambakan. Seseorang yang punya kelebihan menjadi pemimpin belum tentu bisa dipimpin dengan baik, dan sebaliknya. Atau ilmu tentang kepemimpinan tentunya tidak sesuai jika diterapkan untuk seorang yang dipimpin. Dan ilmu untuk seorang yang dipimpin juga tidak pas untuk seorang pemimpin.
Dari situ bisa kita fahami bahwa ilmu adalah modal utama untuk mencapai kebahagiaan dan kebenaran. Dalam sebagian ayat disampaikan bahwa derajat seseorang yang diangkat oleh Allah adalah orang yang beriman dan berilmu.
ﻳﺮﻓﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﻣﻨﻜﻢ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻭﺗﻮﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺩﺭﺟﺎﺕ
Maka Allah akan mengangkat derajatnya orang-orang yang beriman dari kamu semua dan orang-orang yang diberi ilmu
Tanpa ilmu, orang tidak akan bisa memposisikan dirinya, bagaimana derajatnya mau diangkat kalau untuk memposisikan saja tidak bisa. Dan tanpa iman, ilmu yang dipelajari orang tersebut bukanlah ilmu Allah.
Maksudnya dasar ilmu yang dipelajari bukan dari al quran dan hadits, sehingga sangat mungkin akan terjadi menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Bagaiman allah akan mengangkat derajat orang tersebut kalau ilmunya tidak benar dan tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Dari uraian di atas, bahwa ilmu adalah kebutuhan dalam kehidupan untuk mengetahui kebenaran, maka hukumnya wajib bagi setiap orang untuk selalu menuntut ilmu. Kewajiban ini tentunya disesuaikan dengan kebutuhan untuk diprioritaskan.
Jika sebuah ilmu dibutuhkan setiap indifidu maka hukum menuntut ilmu tersebut adalah fardlu 'ain, seperti ilmu yang mengatur dalam urusan ibadah. Atau ilmu yang mengatur tentang suami atau istri juga harus dipelajari oleh suami atau istri
Dan jika kebutuhan ilmu tersebut bersifat kolektif maka hukumnya fardlu kifayah, seperti ilmu kedokteran, pertanian, teknologi dll.
Apapun bentuk ilmu, ajaran islam tidak pernah membeda-bedakan. Yang ada adalah prioritas karena adanya tuntutan. Mengingat hubungan kehidupan ini yang selalu bersinggungan dengan masyarakat yang beragam, maka ada tuntutan untuk memahami berbagai kebudayaan dan kemajuan yang terus berkembang.
Dikotomi ilmu adalah hal yang tidak benar. Apapun ilmu pengetahuan yang ada dalam kehidupan ini dan apapun perkembangan yang terjadi bukannya dijauhi, namun dipelajari untuk disikapi. Tuntutan benar dalam sikap dan kehidupan kita serta tuntutan untuk memperjuangkan agama membuat kita harus selalu belajar dan terus mensikapi perkembangan kehidupan.
Islam tidak pernah membatasi perkembangan ilmu pengetahuan atau ilmu teknologi. Apapun dan bagaimanapun bentuk perkembangan itu. Namun dalam pemanfaatan atau pelaksanaan ilmu tersebut islam menilai dan menseleksi sesuai dengan ketentuan hukum. Perkembangan teknologi internet misalnya, islam tidak pernah mengingkari kemajuan teknologi tersebut, namun menyayangkan dalam pemanfaatannya yang cenderung banyak kearah kemungkaran. Itu semua karena tidak didasari dengan keimanan dan ketaqwaan yang kuat.
Dengan didasari iman yang kuat dan islam yang benar, ilmu apapun akan mempunyai nilai ibadah.
ﺍﻻﺳﻼﻡ ﻳﻌﻠﻮ ﻭﻻ ﻳﻌﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ
Islam itu unggul (menang) tidak diungguli (dikalahkan)
itu adalah motifasi dan tuntutan untuk ummat islam bahwa islam harus menang segalanya dalam kehidupan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana dengan keadaan sekarang? Sudahkah itu terealisasi saat sekarang. Dulu mungkin islam pernah jaya, tapi apalah artinya membanggakan masa lalu tanpa ada usaha untuk mempertahankan dan merebut kembali.
Kedudukan Dan Martabat Manusia
Gambaran al qur'an tentang manusia sebagai makhluk pilihan tentunya dengan berbagai kelebihan yang dimiliki. Bilamana manusia selalu menjaga kelebihan tersebut maka sudah pasti akan menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang lain.
Diantara beberapa kelebihan yang dimiliki manusia adalah:
· Anugrah akal dan ilmu yang Allah berikan mengangkat drajat manusia. Sehingga karena ilmunya Allah manyuruh malaikat untuk sujud, menghormat kepadanya (nabi adam) (QS al Baqarah;31-34)
· Manusia diangkat oleh Allah menjadi kholifah di bumi (QS al Baqarah;30 dan QS Huud;61).
· Segala sesuatu ciptaan Allah dimuka bumi ini adalah untuk kepentingan manusia (QS al Baqarah;29).
· Manusia memiliki bentuk fisik yang lebih baik, meskipun ini bukan termasuk hal yang fundamental (QS at Tin;4)
· Dalam hidupnya manusia harus selalu usaha melawan hawa nafsunya yang cenderung mendorong berbuat kejahatan. Hal ini yang membedakan manusia dengan binatang yang selalu mengikuti nafsunya karena tidak berakal, dan membedakan dengan malaikat yang selalu berbuat baik karena tidak memiliki hawa nafsu.
Martabat manusia tidaklah dilihat dari ketinggian pangkat dan jabatannya, kekayaan, ketampanan dan kecantikannya maupun keturunannya. Itu semua bukanlah ukuran kemulyaan manusia. Manusia yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
ﺍﻥ ﺃﻛﺮﻣﻜﻢ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺗﻘﺎﻛﻢ
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian menurut penilaian Allah adalah kalian yang paling taqwa (QS al Hujurat; 13)
Taqwa ketika tidak didasari dengan ilmu maka akan terjadi proses yang salah, dan tidak lagi dinamakan taqwa. Sehingga dalam bertaqwa ilmu juga berperan pokok.
No comments:
Post a Comment