MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perkembangan Moral
Dosen
Pembimbing:
Hernik Farisia
Hernik Farisia
Disusun
Oleh:
1. Islahun ni’mah
2. Devita
3. Nuril aula syani
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah psikologi perkembangan yang
membahas tentang perkembangan moral. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad saw, keluarga serta
sahabat-sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa
makalah yang kami susun tak luput dari kekurangan, maka saran dan kritik yang
membangun kami harapkan dalam menyempurnakan yang terbatas ini., semoga tulisan
ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, 17 Pebruari
2014
Penulis
DAFTAR ISI
1.
Halaman sampul 1
2.
Kata pengantar 2
3.
Daftar isi 3
4.
BAB I (PENDAHULUAN)
a. Latar belakang 4
b. Rumusan masalah 4
c. Tujuan 4
5.
BAB II (PEMBAHASAN)
a. Pengertian Perkembangan Moral 5
b. Teori Perkembangan Moral 5
1. Teori Piaget 5
2. Teori Kohlberg 6
3. Teori Pikiran (Theory Of Mind) 8
6.
BAB III (PENUTUP)
a. Kesimpulan 9
b. Saran 9
7.
Daftar pustaka 10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Masyarakat tidak dapat
berfungsi tanpa aturan yang memberitahukan mengenai bagaimana berkomunikasi
satu sama lain, bagaimana menghindari untuk menyakiti orang-orang lain, dan
bagaimana bergaul dalam kehidupan pada umunya. Anak-anak dengan remaja memiliki
pemahaman berbeda mengenai peraturan.Begitu juga remaja memiliki pandangan yang
berbeda dengan orang tua dan sebaliknya.Hal ini menunjukkan bahwa adanya
perkembangan dalam penalaran dan moral dari setiap individu.
Dari berbagai individu yang
menunjukkan semua perbedaan dari setiap tingkah dan perilakunya akan dibahas
melalui teori-teori tentang perkembangan moral. Perkembangan moral ini
merupakan salah satu topik pembahasan tertua bagi mereka yang tertarik pada
perkembangan manusia atau setiap individu.
Pada zaman ini, kebanyakan
orang memiliki pendapat yang kuat, tidak hanya tentang perilaku moral dan
immoral, akan tetapi seharusnya perilaku moral ditanamkan pada anak-anak.
Untuk itu, kita akan mulai
pembahasan mengenai perkembangan moral mulai dari tahap-tahap perkembangan
moral, karakteristik perkembangan moral, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral, perbedaan individual, ciri-ciri perkembangan moral, dan
upaya pengembangan moral pada remaja, menurut berbagai teori yang mengemukakan
tentang perkembangan moral.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah yang ingin
dikaji dalam makalah ini adalah
1.Bagaimana tahap perkembangan moral dari usia anak-anak hingga
remaja?
2.Bagaimana karakteristik perkembangan moral?
3.Apa yang menjadi faktor perkembangan moral?
4.Bagaimana ciri-ciri perkembangan moral?
3.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji,
1.Megkaji tahapan perkembangan moral pada anak-anak dan remaja
2.Mengetahui karakteristik perkembangan moral
3.Mengetahui faktorisasi perkembangan moral
4.Mampu mmembedakan
ciri-ciri perkembangan moral
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain[1]. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral yang disebut
dengan immoral.Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk
dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain misalnya dengan orang tua, saudara, teman sebaya
dan guru, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh
dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.tentang
baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah.Dengan
demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.Oleh sebab itu mereka akan melakukan suatu tindakan, dimana
tindakan tersebut akan ternilai sebagai tindakan moral yang ternilai baik atau
sebaliknya.
Disamping adanya
perkembangan sosial, anak-anak usia pra sekolah juga mengalami perkembangan
moral. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan moral adalah perkembangan yang
berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain[2].
Saat anak – anak dilahirkan tidak memiliki immoral, namun mereka memiliki
potensi moral yang siap dikembangkan. Melalui pengalaman berinteraksi dengan
orang lain, mereka akan belajar memahami tentang perilaku mana yang baik dan yang buruk.
Untuk memahami perkembangan
moral, kita harus memiliki pertanyaan dasar: pertama, bagaimana seseorang
mempertimbangkan dan berpikir mengenal keputusan moral?. Kedua, bagaimana
sesungguhnya seseorang berperilaku dalam situasi moral?. Ketiga, bagaimana
seseorang merasakan hal-hal yang berhubungan dengan moral?. Keempat, apa yang
menjadi kepribadian moral individu?
2.
Teori-teori perkembangan moral
a.Teori kognitif piaget
tentang perkembangan moral
Teori kognitif piaget
mengenai pengembangan moral melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses yang
sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang
perkembangan intelektual. Bagi peaget perkembangan moral digambarkan melalui
aturan permainan.
Karena itu hakikat
moralitas adalah kecenderungan untuk menerima dan menaati sistem peraturan.
Berdasarkan hasil observasinya terhadap aturan-aturan permainan yang digunakan
anak-anak, piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak-anak tentang moralitas
dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap heteronomous morality dan autonomous
morality[3].
Heteronomous morality atau morality of constrains ialah tahap
perkembangan moral yang terjagi pada anak-anak usia kira-kira 6 hingga 9 tahun[4].
Dalam tahap berpikir ini anak-anak menghormati ketentuan-ketentuan suatu
permainan sebagai sesuatu yang bersifat suci dan tidak dapat dirubah, karena
berasal dari otoritas yang dihormatinya. Anak-anak pada masa ini yakin akan
keadilan immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan dilanggar, hukuman akan
segera diajtuhkan. Mereka percaya bahwa pelanggaran
diasosiasikan secara otomatis dengan hukuman, dan setiap pelanggaranakan
dihukum menurut tingkat kesalahan yang dilakukan seorang anak dengan
mengabaikan apakah kesalahan itu disengaja atau kebetulan.
Autonomous morality of
cooperation ialah tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak-anak usia
kira-kira 9 sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak mulai sadar bahwa
aturan-aturan dan hukuman-hukuman tercipta oleh manusia dan dalam menerapkan
suatu hukuman atas suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku atau
akibat-akibatnya.Bagi anak-anak dalam tahap
ini, peraturan-peraturan hanyalah masalah kenyamanan dan kontrak sosial yang
telah disetujui bersama, sehingga mereka menerima dan mengakui perubahan
menurut kesepakatan.Dalam tahapan ini, anak juga meninggalkan penghormatan
sepihak kepada otoritas dan mengembangkan penghormatan kepada teman sebayanya. Mereka
Nampak membandel kepada otoritas, serta lebih menaati peraturan kelompok sebaya
atau pimpinanan.
Anak mengalami kemajuan
dari tahap moralitas heteronom ke tahap moralitas otonom dengan perkembangan
struktur kognitif tetapi juga karena interaksi dengan teman-teman yang
mempunyai status yang sama
b.
Teori Kohlberg tentang perkembangan moral
Teori Kohlberg tentang
perkembangan moral merupakan perluas, modifikasi,dan redefeni atas teori
Piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil wawancara dengan
anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan pada suatu dilemma
moral, di mata mereka harus memeilih antara tindakan mentaati peraturan atau
memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan peraturan[5]
Berdasarkan pertimbangan yang diberikan atas pertanyaan kasus
dilematis yang dihadapi seseorang.Kohlberg
mengklarifikasikan perkembangan moral atas tiga tingkatan (level), yang
kemudian dibagi lagi menjadi enam tahap (stage).Kohlberg
setuju dengan Piaget yang menjelaskan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi
atau pembelajaran yang diperorel dari pengalaman.Tetapi, tahap-tahap
perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan dari anak-anak.Anak-anak
memang berkembang melelui interaksi sosial, namun interaksi ini memiliki corak
khusus, di mana faktor pribadi yaitu aktivitas-aktivitas anak ikut berperan.
Hal penting dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah
orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang
dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi
tahap perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih
mantap dan bertanggung jawab dan perbuatan-perbuatannya.
Tabel tingkat dan tahap perkembangan moral menurut Kohlberg[6]
Tingkat
|
Tahap
|
1. Prakovensional
moralitas
Pada level ini anak mengenal moralitas berdasarkan dampak yang
ditimbulkan oleh suatu perbuatan, yaitu menyenangkan (hadiah) atau
menyakitkan (hukuman). Anak tidak melanggar aturan karena takut akan ancaman
hukuman dan otoritas
2. Konvensional
Suatu perbuatan dinilai baik oleh anak apabila mematuhi harapan
otoritas atau kelompok sebaya
3. Pasca
konvensional
Pada level ini aturan dan institusi dari masyarakat tidak
dipandang sebagai tujuan akhir. Tetapi diperlukan sebagai subjek. Anak
mentaati aturan untuk menghindari hukuman kata hati
|
1. Orientasi
kepatuhan dan hukuman pemahaman anak tentang baik dan buruk ditentukan oleh
otoritas. Kepatuhan terhadap aturan adalah untuk menghindari hukuman dan
otoritas
2. Orientasi
hedonistic
Instrumental suatu perbuatan dinilai baik apabila berfungsi
sebagai instrument untuk memahami kebutuhan atau kepuasan diri.
3. Orientasi
anak yang baik tindakan berorientasikan pada orang lain. Suatu perbuatan
dinilai baik apabila menyenangkan bagi orang lain
4. Orientasi
keteraturan dan orientasi perilaku yang dinilai baik adalah menunaikan kewajiban,
menghormati otoritas dan memelihara ketertiban sosial
5. Orientasi
control sosial legalistic dan semacam perjanjian antar dirinya dan lingkungan
sosial. Perbuatan dinilai baik apabila sesuai
6. Orientasi
kata hari kebenaran ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan prisip prinsip
etika universal yang bersifat abstrak dan penghormatan terhadap martabat
manusia
|
c.
Teori Pikiran (Theory Of Mind)
Teori ini merupakan pemahaman bahwa orang lain dapat memiliki
kondisi-kondisi mental yang berbeda
dengan kita, yaitu pikiran-pikiran, pengetahuan, hasrat, perasaan, dan
keyakinan-keyakinan yang berbeda[7].
TOM terutama berkembang dalam usia tujuh tahun pertama. Namun
tidak sepenuhnya lengkap hingga mencapai
masa remaja.
TOM penting bagi keberfungsian sosial dan emosional. Jika anda
memiliki TOM anda mampu menempatkan diri anda dalam posisi orang lain.
Membayangkan apa yang mereka rasakan, karenanya ini merupakan bagian dari
empati – kemampuan kita untuk memahami dan mengidentifikasi dengan perasaan
orang-orang lain.
Telah
diamati bahwa anak – anak dengan autisme kurang memiliki TOM dan ini dan ini
dianggap membantu menjelaskan masalah yang mereka alami dalam keberfungsiam
sosial.
TOM
dianggap penting bagi perkembangan penalaran moral karena memungkinkan kita
untuk berpikir tentang kondisi-kondisi mental orang lain dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang tindakan salah.
Perkembangan TOM
1. Kendali anak-anak prasekolah mencoba mengatribusikan pengetahuan
dan kondisi-kondisi mental pada orang lain, namun baru pada usia sekitar empat
tahun anak-anak menunjukkan TOM yang koheren[8]
2. TOM dianggap menunjukkan suatu perubahan kualitatif dalam berpikir
pada anak-anak
3. Umumnya anak-anak yang berkembang tidak menjawab dengan benar
hingga mereka berusia empat tahun
4. Meskipun demikian tugas TOM ini dianggap suatu yang merendahkan
kemampuan anak-anak
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan moral
adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Moral
merupakan gambaran dari tidakan yang
dilakukan oleh seorang individu, dimana tindakan tersebut dinilai baik atau
buruk yang bertujuan mengendalikan tingkah laku seseorang.
Dalam perkembangan
moral terdapat tiga teori, yaitu Teori Kohlberg, Teori Piaget, dan Teori of
Mind :
1. Teori Kohlberg, teori ini lebih mementingkan orientasinya untuk
mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan
tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata.
2. Teori Piaget, teori ini lebih melibatkan prinsip-prinsip dan
proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teori
perkembangan intelektual. Seperti yang digambarkan melalui permainan.
3. Teori of Mind, pemahaman bahwa orang lain memiliki kondisi mental
yang berbeda-beda dengan orang lain, seperti tentang hasrat, perasaan, dan
lain-lain.
B. Saran
Berdasarkan beberapa
pemaparan yang telah disampaikan di atas, diharapkan pembaca dapat lebih
memahami tentang perkembangan moralterutama mengenai berbagai teori yang telah
disampaikan oleh pakar psikologi.Sehingga, pembaca dapat mengambil hal-hal positif darinya.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.
1993. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Rosda Karya.
Santrock,
John.W. 2007 Perkembangan Anak.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Upton,
Penney. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Penerbit Erlangga
[1]
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta
Didik, 258
[2]
Santrock, John.W. 2007 Perkembangan Anak.
Jakarta: Penerbit Erlangga
[3]Dra.
Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan
Peserta Didik, 259
[4]Dra.
Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan
Peserta Didik, 259
[5]Dra.
Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan
Peserta Didik, 260
[6]
Larner & Hultsch, 1983; Hetherington & Parke, 1979
[7]Penney
Upton.Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Penerbit Erlangga 2012.hal 185
[8]Penney
Upton. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Penerbit Erlangga 2012.hal 186
No comments:
Post a Comment