Filsafat terbagi menjadi enam kategori; Matematika, logika, ilmu alam, ilmu teologi, politik, dan moral (etika).
2. ILMU LOGIKA
(Al-Mantiqiyyat )
لا يتعلق منها شيئ بالدين نفيا واثباتا
Ilmu logika sama sekali tidak berhubungan dengan agama. Logika tidak berusaha menafikan atau menerima agama. Logika tidak lain adalah ilmu berfikir tentang cara-cara berdalil, analogi, syarat-syarat premis dalil berikut cara menyusunnya, serta syarat-syarat definisi yang benar beserta cara mengaturnya. ilmu tersebut adakalanya berbentuk deskripsi (tashawwur) dengan jalan memberikan pengertian, Dan terkadang berbentuk pembenaran (tashdiq) dengan cara menghadirkan dalil.
Dalam ilmu ini, sama sekali tidak ada sesuatu yang harus ditolak, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ahli kalam dan para peneliti dalil.
وانما يفارقونهم بالعبارات والاصطلاحات، وبزيادة الاستقصاء في التعريفات والتشعيبات
Sementara perbedaan antara para filsuf dan ahli kalam terletak dalam ungkapan dan istilah-istilah yang digunakan, disertai lebih banyak meneliti perihal definisi dan percabangannya.
Berikut adalah contoh dari postulat logika :
~Jika dipastikan setiap A adalah B, maka dipastikan bagian B adalah A. Artinya bila dipastikan setiap manusia adalah binatang, maka dipastikan pula sebagian binatang adalah manusia. Dalam ilmu logika, contoh tersebut merupakan aplikasi dari rumus: proposisi universal (al-mujibah al-kulliyyah) jika dibalik (inversi) maka menjadi proposisi partikular (mujibah juz'iyyah).
واى لهذا بمهمات الدين حتى يجحد وينكر ؟
فاذا انكر لم يحصل من انكاره عند اهل المنطق الا سوء الاعتقاد في عقل المنكر
Jadi, apa kaitannya semua ini dengan persoalan agama hingga harus ditolak dan diingkari? Jika hal ini ditolak, maka dalam benak ahli logika akan lahir keyakinan yang salah terhadap akal orang-orang yang mengingkarinya.
Bahkan, mereka akan menyangka bahwa agama didasarkan pada pengingkaran semacam ini. (بل في دينه يزعم انه موقوف على مثل هذا الانكار
Memang, mereka membawa sejenis kedzaliman dalam ilmu logika ini, dengan menggabungkan beberapa syarat untuk dalil yang diketahui akan melahirkan keyakinan yang pasti.
Akan tetapi, ketika mereka sampai pada persoalan agama, syarat-syarat tersebut tak bisa dipenuhi, hingga mereka bersikap longgar. Mungkin juga ia melihat bahwa dalam ilmu logika ada orang yang menerimanya dengan baik dan melihatnya secara jelas. Sampai-sampai ia mengira bahwa kekufuran yang berasal dari mereka itu didukung oleh dalil-dalil seperti di atas. Sehingga ia pun tergesa-gesa mengkafirkan sebelum sampai pada ilmu-ilmu Ilahi. Ujungnya, bahaya ini pun akan menjalar pada agama.
Bersambung ke kategori Filsafat selanjutnya, yaitu ILMU ALAM...
Masih dari al-Munqidz minadl-dlalal, Hujjatul Islam imam Al-Ghazali qs ( Rosaa_il al-Imam al-Ghazali, hal. 586, tahqiq Ibrohim Amin Muhammad, cet. Al-Maktabah al-Taufiqiyyah 2015)
2. ILMU LOGIKA
(Al-Mantiqiyyat
لا يتعلق منها شيئ بالدين نفيا واثباتا
Ilmu logika sama sekali tidak berhubungan dengan agama. Logika tidak berusaha menafikan atau menerima agama. Logika tidak lain adalah ilmu berfikir tentang cara-cara berdalil, analogi, syarat-syarat premis dalil berikut cara menyusunnya, serta syarat-syarat definisi yang benar beserta cara mengaturnya. ilmu tersebut adakalanya berbentuk deskripsi (tashawwur) dengan jalan memberikan pengertian, Dan terkadang berbentuk pembenaran (tashdiq) dengan cara menghadirkan dalil.
Dalam ilmu ini, sama sekali tidak ada sesuatu yang harus ditolak, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ahli kalam dan para peneliti dalil.
وانما يفارقونهم بالعبارات والاصطلاحات، وبزيادة الاستقصاء في التعريفات والتشعيبات
Sementara perbedaan antara para filsuf dan ahli kalam terletak dalam ungkapan dan istilah-istilah
Berikut adalah contoh dari postulat logika :
~Jika dipastikan setiap A adalah B, maka dipastikan bagian B adalah A. Artinya bila dipastikan setiap manusia adalah binatang, maka dipastikan pula sebagian binatang adalah manusia. Dalam ilmu logika, contoh tersebut merupakan aplikasi dari rumus: proposisi universal (al-mujibah al-kulliyyah) jika dibalik (inversi) maka menjadi proposisi partikular (mujibah juz'iyyah).
واى لهذا بمهمات الدين حتى يجحد وينكر ؟
فاذا انكر لم يحصل من انكاره عند اهل المنطق الا سوء الاعتقاد في عقل المنكر
Jadi, apa kaitannya semua ini dengan persoalan agama hingga harus ditolak dan diingkari? Jika hal ini ditolak, maka dalam benak ahli logika akan lahir keyakinan yang salah terhadap akal orang-orang yang mengingkarinya.
Bahkan, mereka akan menyangka bahwa agama didasarkan pada pengingkaran semacam ini. (بل في دينه يزعم انه موقوف على مثل هذا الانكار
Memang, mereka membawa sejenis kedzaliman dalam ilmu logika ini, dengan menggabungkan beberapa syarat untuk dalil yang diketahui akan melahirkan keyakinan yang pasti.
Akan tetapi, ketika mereka sampai pada persoalan agama, syarat-syarat tersebut tak bisa dipenuhi, hingga mereka bersikap longgar. Mungkin juga ia melihat bahwa dalam ilmu logika ada orang yang menerimanya dengan baik dan melihatnya secara jelas. Sampai-sampai ia mengira bahwa kekufuran yang berasal dari mereka itu didukung oleh dalil-dalil seperti di atas. Sehingga ia pun tergesa-gesa mengkafirkan sebelum sampai pada ilmu-ilmu Ilahi. Ujungnya, bahaya ini pun akan menjalar pada agama.
Bersambung ke kategori Filsafat selanjutnya, yaitu ILMU ALAM...
Masih dari al-Munqidz minadl-dlalal, Hujjatul Islam imam Al-Ghazali qs ( Rosaa_il al-Imam al-Ghazali, hal. 586, tahqiq Ibrohim Amin Muhammad, cet. Al-Maktabah al-Taufiqiyyah 2015)
No comments:
Post a Comment