Halaman

Saturday, May 13, 2017

KERAKUSAN ADALAH KEFAKIRAN TERSEMBUNYI


(Oase Iman Buya Yahya)

Sahabatku, pernahkah kita merenungi nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita? semenjak kita dilahirkan atau bahkan semenjak terbentuknya segumpal darah di perut ibunda kita hingga detik ini. Allah SWT dengan kasih dan rahmat-Nya tiada henti-hentinya mencurahkan nikmatNya kepada kita. Baik nikmat yang pernah dan selalu kita pinta atau yang tidak pernah kita pinta. Akan tetapi kenapa semakin hari kita terus merasakan kekurangan.

Padahal jika kita melihat baju yang kita kenakan, makanan yang kita makan saat ini, semua jauh lebih baik jika kita banding dengan masa-masa yang lalu. Dahulu orang tidak merasa malu mengenakan baju yang bertambal atau makan hanya dengan ikan asin atau telor dadar yang kadang dicampur dengan tepung untuk bisa dibagi dengan saudara yang lainnya. Kendaraan hanya delman atau sepeda engkol, namun justru yang demikian itu amat terasa sekali bahwa itu adalah nikmat besar dari Allah SWT. Akan tetapi kenapa disaat kemudahan diberikan oleh Allah SWT, beraneka ragam makanan masuk ke perut dan kendaraan yang bermacam-macam bisa kita nikmati. Yang ada adalah justru “merasa kurang”. Jangankan bersyukur, menyadari kalau itu adalah nikmat saja belum bisa.

Jika benar hal ini terjadi, maka ada sesuatu yang rusak dalam program hati kita, yaitu adanya “virus ketamakan” yang akan menjadikan kita kebal nikmat hingga tidak bisa bersyukur walaupun Allah SWT telah memberi kita banyak nikmat. Virus yang akan menjadikan orang kaya seperti tidak punya apa-apa. Virus yang merusak kinerja hati kita.

Sahabatku, kalau kita teliti dengan hati ternyata ada tiga hal yang menyebabkan virus tersebut masuk ke hati kita. Yaitu pertama ; Kurang merenungi nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Maka yang tidak merenungi nikmat Alah SWT tidak akan bisa mengagungkan nikmat tersebut, dan yang tidak bisa mengagungkan nikmat tidak akan bisa mensyukurinya. Kedua ; Selalu melihat kepada orang yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dalam urusan dunia. Hal ini amatlah mempengaruhi ketamakan hati kita, sehingga dengan berbagai cara mencari alasan untuk menjadikan dirinya butuh kepada hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkannya. Ketiga ; Adalah adanya kesombongan yang telah menjadikan seseorang gengsi dalam melakukan kesederhanaan. Ingin selalu dilihat dan diperhatikan adalah oleh orang lain dengan segala kelebihan, baik dalam pekerjaan, cara berpakain, makanan, minuman, tempat tinggal dan kendaraannya.

Padahal jika kita semua kembali kepada kesederhanaan dan ketawadhuan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, maka tidaklah kita akan tersiksa dengan gengsi dan gaya hidup. Dan jika kita mendahulukan yang halal dan di ridhohi oleh Allah SWT, maka tidaklah kita akan tersiksa dengan kesederhanaan dalam hidup kita. Sungguh jika kesadaran ini telah ada di hati kita, maka menjadi tukang becak dan tukang kebun jauh lebih mulia dari seorang direktur yang korup. Menjadi tukang batu jauh lebih mulya dari seorang ustadz yang menjual agamanya demi dunia. Menjadi pekerja yang jujur jauh lebih mulya dari seorang saudagar yang curang. Dan pergi ke sawah jauh lebih mulya walau tersengat panasnya matahari daripada bekerja di ruang ber-AC akan tetapi dimurkai oleh Allah SWT. Begitu juga, jika menjadi orang kaya, menjadilah orang kaya yang diridhoi oleh Allah SWT, karena kaya yang tidak tamak. Menjadi ustadz yang mulia di hadapan Allah karena tidak tamak. Dan menjadi apapun, menjadilah orang kaya yang sesungguhnya yaitu kaya hati, dengan menjadi orang yang tidak rakus akan dunia dan pandai mensyukuri nikmat Allah SWT. Wallahu a’lam bissawab.

No comments:

Post a Comment